Posted by : Pathurroni
15 May 2014
MAKALAH
TEORI-TEORI
SOSIAL
“TEORI
KONFLIK MENURUT LEWIS COSER”
DEWI INDRIANI (E1B113020)
IMADUDIN (E1B113032)
NURIANTI (E1B113054)
RIDO ADITIYA (E1B113060)
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik
dan tepat waktu. Dan juga tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih
kepada:Bapak DR.Syafruddin , M.S selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori-Teori Sosial dan untuk
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Allah membalas semua kebaikan-Nya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun sebagai acuan kami agar lebih baik lagi.
Akhirnya dengan memohon Ridho Allah SWT kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami semua, Amin.
Mataram, 17
Afril 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A. Historisasi/konteks
sosial
B. Tokoh-tokoh
penggagas
BAB ll: ASUMSI-ASUMSI DASAR TEORI
A.
Teori Konflik Perspektif
Lewis Coser
B.
Gagasan Gagasan Lewis Alfred Coser
C.
Fungsi Positif Konflik
Menurut Lewis Coser
D.
Konflik Realistis Dan Non Realistis
E.
Permusuhan Dalam Hubungan-Hubungan Sosial Yang Intim
F.
Kondisi Kondisi Yang Mempengaruhi Konflik Dengan
Kelompok Luar Dan Struktur Kelompok
BAB lll: APLIKASI TEORI
1. Kasus
Hubungan Dengan Teori
BAB lV: KESIMPULAN
BAB V: REFERENCE
BAB I
PENDAHULUAN
A. HISTORISASI / KONTEKS SOSIAL
Lewis A
Coser lahir di Berlin, tahun 1913. Ia memusatkan perhatiannya pada kebijakan
sosial dan politik. Pasca Perang Dunia II, tamatan Universitas Columbia (1968)
ini mengajar di Universitas Chicago dan Universitas Brandeis tempat dimana dia
dinobatkan gelar guru besar. Tahun1975 Lewis Coser terpilih menjadi Presiden
American Sociological Association (ASA). Coser juga aktif sebagai columnis di
berbagai jurnal. Tulisan Coser yang terkenal adalah Greedy Institutions alias
Institusi Tamak.
Penulis buku The Functons of Social
Conflict ini, mengutip dan mengembangkan gagasan George Simmel untuk kemudian
dikembangkan menjadi penjelasan-penjelasan tentang konflik yang menarik. Coser
mengkritik dengan cara menghubungkan berbagai gagasan Simmel dengan
perkembangan fakta atau fenomena yang terjadi jauh ketika Simmel masih hidup.
Ia juga mengkritisi dan membandingkannya dengan gagasan sosiolog-sosiolog
klasik. Menambahkan dengan gagasan seperti dinyatakan ahli psikologi seperti
Sigmund Freud.
Hal yang menarik dari Coser adalah bahwa ia
sangat disiplin dalam satu tema. Coser benar-benar concern pada satu tema-tema
konflik, baik konflik tingkat eksternal maupun internal. Ia mampu mengurai
konflik dari sisi luar maupun sisi dalam. Jika dihubungkan dengan pendekatan
fungsionalisme, nampak ada upaya Coser untuk mengintegrasikan fungionalisme
dengan konflik.Menurut George Ritzer dalam melakukan kombinasi itu, baik teori
fungsionalime maupun teori konflik akan lebih kuat ketimbang berdiri sendiri.
Selama lebih dari dua puluh tahun
Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tertumpu kepada struktur sosial. Pada saat yang sama dia
menunjukkan bahwa model tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial.
Berbeda oleh karena itu dapat oleh berdasarkanbeberapa ahli sosiologi yang
menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis dan teori
konflik), coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan kedua pendekatan
tersebut.
Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer
sering mengacuhkan analisis konflik sosial, mereka melihatnya konflik sebagai
penyakit bagi kelompok sosial. Coser memilih untuk menunjukkan
berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif yaitu membentuk serta
mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu.
Coser mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.
Seperti halnya Simmel, Coser tidak
mencoba menghasilkan teori menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial. Karena ia yakin bahwa setiap usaha
untuk menghasilkan suatu teori sosial menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena
sosial adalah premature (sesuatu yang sia- sia Memang Simmel tidak pernah
menghasilkan risalat sebesar Emile Durkheim, Max Weber atau
Karl Marx. Namun, Simmel mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja
untuk menyempurnakan dan mengembangkan bentuk- bentuk atau konsep- konsep
sosiologi di mana isi dunia empiris dapat ditempatkan Penjelasan
tentang teori konflik Simmel sebagai berikut:
1) Simmel memandang pertikaian sebagai
gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat.
Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala yang mencakup berbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak mungkin terpisah-
pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisis.
2) Menurut Simmel konflik tunduk pada
perubahan. Coser mengembangkan proposisi dan memperluas konsep Simmel tersebut
dalam menggambarkan kondisi- kondisi di mana konflik secara positif
membantu struktur sosial dan bila terjadi secara
negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.
B. TOKOH PENGAGAS
Lewis Alfred Coser (1913 – 2003)
Lewis Coser, atau yang
memiliki nama lengkap Lewis Alfred Coser dilahirkan dalam sebuah keluarga
borjuis Yahudi pada 27 November 1913, di Berlin, Jerman. Coser memberontak
melawan atas kehidupan kelas menengah yang diberikan kepadanya oleh orang
tuanya, Martin (seorang bankir) dan Margarete (Fehlow) Coser. Pada masa
remajanya ia sudah bergabung dengan gerakan sosialis dan meskipun bukan murid
yang luar biasa dan tidak rajin sekolah tetapi ia tetap membaca voluminously
sendiri. Ketika Hitler berkuasa di Jerman, Coser melarikan diri ke Paris, tempat
ia bekerja serabutan untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Ia menjadi aktif
dalam gerakan sosialis, bergabung dengan beberapa kelompok-kelompok radikal,
termasuk organisasi Trotskyis yang disebut “The Spark.” Pada tahun 1936, ia
akhirnya mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menjadi seorang ahli
statistik untuk perusahaan broker Amerika. Dia juga terdaftar di Sorbonne
sebagai mahasiswa sastra komparatif tetapi kemudian mengubah fokus untuk
sosiologi. Pada tahun 1942 ia menikah dengan Rose Laub dan dikaruniai dua orang
anak, Ellen dan Steven. Pada tahun 1948, setelah periode singkat sebagai
mahasiswa pascasarjana di Columbia University, Coser menerima posisi sebagai
tenaga pengajar ilmu sosial di Universitas Chicago. Pada tahun yang sama, ia menjadi
warga negara AS naturalisasi. Pada tahun 1950, ia kembali ke Universitas
Columbia sekali lagi untuk melanjutkan studinya, menerima gelar doktor pada
tahun 1954. Ia diminta oleh Brandeis University di Waltham, Massachusetts pada
tahun 1951 sebagai seorang dosen dan kemudian sebagai profesor sosiologi. Dia
tetap di Brandeis, yang dianggap sebagai surga bagi kaum liberal, sampai 1968.
Buku Coser tentang Fungsi Konflik Sosial adalah hasil dari disertasi
doktoralnya. Karya-karya lainnya antara lain adalah; Partai Komunis Amerika: A
Critical History (1957), Men of Ideas (1965), Continues in the Study of Sosial
Conflict (1967), Master of Sosiological Thought (1971) dan beberapa buku
lainnya disamping sebagai editor maupun distributor publikasi. Coser meninggal
pada tanggal 8 Juli 2003, di Cambridge, Massachusetts dalam usia 89 tahun.
BAB
II
ASUMSI-ASUMSI
DASAR TEORI
A. TEORI KONFLIK
PERSPEKTIF LEWIS COSER
Teori
konflik yang dikonsepsikan coser merupakan sebuah system social yang bersifat
fungsional .Bagi lewis A. Coser ,konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak
semata-mata menunjukkan fungsi negatif saja ,tetapi dapat pula menimbulkan
dampak positif .Oleh karena itu ,konflik bias menguntungkan bagi system yang
bersangkutan.Bagi Coser ,konfik adalah salah satu bentuk interaksi dan tak
perlu diingkari keberadaannya .Seperti halnya dengan George simmel,yang
berpendapat bahwa konflik merupakan
salah satu bentuk interaksi
social yang dasar,dan peruses konflik itu berhubungan dengan bentuk-bentuk
alternative seperti kerja sama dalam berbagai cara yang tekterhitung jumlahnya
dan bersifat kompleks.
Terdapat
perbedaan antara coser dan simmel.coser tidak terlalu banyak menaruh perhatian
pada hubungan timbal balik yang kompleks
dan tidak kentara anatar bentuk-bentuk konflik dan interaksi lainya pada
tingkat antarperibadi ,tetapi lebih menyoroti pada konsekuensi-konsekuensi yang
timbul bagi system social yang lebih besar di mana konflik tersebut
terjadi.Coser bermaksud menunjukan bahwa konflik tidak harus merusak atau
bersifat ‘disfungsional’ bagi system yang bersangkutan .Konflik bias juga
menimbulkan kosekuensi positif .Dengan demikian ,konflik bias bersifat menguntungkan
bagi system yang bersangkutan.
Coser menyatakan ,perselisihan atau konflik dapat berlangsu antara
individu,kumpulan atau antara individu dan kumpulan.Bagemanapun ,konflik anatar
kelompok maupun yang intra kelompok senantiasa ada di tempat orang itu hidup
bersama.Coser juga menyatakan,konflik itu usur interaksi yang sangat penting
,dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau
memecah belah atau merusak .Konflik bias saja menyumbang banyak kepada
kelsestarian kelompok atau mempererat hubungan antara anggotanya. Seperti
menghadapi musuh bersama dapat mengintegrasikan orang menghasilkan solidaritas
dan keterlibatan ,dan membuat orang lupa akan perselisihan intern mereka
sendiri.
B. Gagasan-Gagasan Lewis Alfred Coser
Semasa
hidupnya Coser, telah banyak menyumbang gagasan gagasan tentang konflik sosial,
antara lain yaitu:
1. Fungsi
positif konflik sosial.
2. Katup
penyelamat ( savety valve).
3. Konflik
realistis dan non realistis.
4. Permusuhan
dalam hubungan-hubungan social yang intim
5. Isu
Fungsional konflik.
6. Kondisi
kondisi yang mempengaruhi konflik kelompok dalam( in group) dengan kelompok
luar (out group).
C. Fungsi Positif
Konflik Menurut Lewis Coser
Konflik merupakan cara atau alat
untuk mempertahankan ,mempersatukan dan bahkan mempertegas system social yang
ada. Contoh yang paling jelas untuk memahami fungsi positif konflik adalah hal-hal yang menyangkut
dinamika hubungan antara “in-group (kelompok dalam) dengan “out-group”
(kelompok luar).Berikut ini adalah sejumlah proposisi yang dikemukakan oleh
lewis A.Coser:
a) Kekuatan solidaritas internal dan
integrasi kelompok dalam (in group ) akan bertambah tinggi apabila tingkat
permusushan atau konflik dengan kelompok luar bertambag besar.
b) Integritas yang semakin tinggi dari
kelompok yang terlibat dalam konflik dapat membantu memeperkuat batas antara
kelompok itu dan kelompok-kelompok lainnya dalam lingkungan itu,khususnya
kelompok yang bermusuhan atau secara potensi dapat menimbulkan permusuhan.
c) Dalam kelompok itu ada kemungkinan
berkurangnya toleransi akan perpecahan ,dan semakin tingginya tekanan pada
konsesus dan konformintas.
d) Para penyimpang dalam kelompok itu
tidak lagi ditoleransikan, mereka tidak dapat dibujuk masuk kejalan yang benar,
mereka mungkin diusir atau dimasukkan dalam pengawasan yang ketat.
Cosar
memang mengakui bahwa komplik itu dapat membahayakan persatuan. Oleh karena
itu, perlu dikembangkan cara agar bahaya tersebut dapat dikurangi atau bahkan
dapat diredam. Baginya, Katup penyelamat ( savety valve) dapat
diartikan sebagai “jalan keluar yang meredakan permusuhan”, atau singkatnya
dapat kita sebut dengan mediator. Dengan adanya katup penyelamat (mediator)
tersebut, kelompok kelompok yang bertikai dapat mengungkapkan penyebab dari
munculnya konflik tersebut .Tetapi
bagaimana seandainya ada orang atau
kelompok yang merasa tidak puas dengan
system yang berlaku?, Dewan Perwakilan Rakyat dapat diambil contoh sebagai
ketup pengaman untuk menertibkan dan menyalurkan semua aspirasi, termasuk
perasaan kurang puas terhadap system politikyang ada atau sedang berlaku.
Dengan cara demikian, dorongan – dorongan agresif atau permusuhan dapat
diungkapkan dengan cara – cara yang tidak mengancam atau merusak solidaritas
dan kesatuan masyarakat.
Menurut Coser, ketup pengaman ini
disamping dapat berbentuk institusi social dapat juga berbentuk tindakan –
tindakan atau kebiasaan – kebiasaan yang dapat mengurangi ketegangan, karena
konflik tidak dapat disalurkan.
Coser mengakui beberapa susunan
structural merupakan hasil persetujuan dan consensus, suatu proses yang
ditonjolkan oleh kaum fungsionalis structural, tetapi ia juga menunjukkan pada
proses lain yaitu konflik social. Menurut Coser, bahwa konflik itu bersifat
fungsional ( baik ) dan bersifat disfungsional ( buruk ), bagi hubungan –
hubungan dan struktur yang tidak terangkum dalam system social sebagai suatu
keseluruhan. Perhatian Coser cendrung melihat dari sisi fungsi bukan dari sisi
disfungsinya. Karena Cosar mendefinisikan konflik social sebagai suatu perjuangan
terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan
dan sumber – sumber pertentangan di netralisasikan atau di langsungkan, atau
dieliminasi saingan – saingannya.
Coser dengan konflik fungsionalnya
menyatakan, bahwa konflik dapat merubah bentuk intraksi, sedangkan ungkapan
perasaan permusuhan tidaklah demikian. Cosar merumuskan fungsionalisme ketika
membincangkan tentang konflik disfungsional bagi struktur social ketika
terdapat toleransi atau tidak terdapat konflik. Intensitas konflik itu lantas
mengancam adanya suatu perpecahan yang akan menyerang basis consensus system
social berhubungan dengan kekuatan suatu struktur. Apa yang mengancam kondisi
pecah belah bukanlah konflik melainkan kekacauan konflik itu sendiri, yang mendorong
adanya permusuhan yang terakumulasi dan tertuju pada suatu garis pokok
perpecahan yang dapat meledakkan konflik.
D. Konflik Realistis dan Non
Realistis.
Dalam membahas berbagai situasi konflik, Coser membedakan
konflik menjadi dua macam yaitu:
a. Konflik Realistis
Konflik realistis yaitu konflik yang
berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan runtutan khusus yang terjadi dalam
hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, yang di
tujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Konflik realistis memiliki
beberapa ciri antara lain:
Konflik muncul dari frustasi atas tuntutan khusus dalam
hubungan dan dari perkiraan keuntungan anggota dan yang diarahkan pada objek
frustasi. Di samping itu, konflik merupakan keinginan untuk mandapatkan sesuatu
(expectations of gains).
Konflik merupakan alat-alat untuk
mendapatkan hasil-hasil tertentu. Langkah-langkah untuk mencapai hasil ini
jelas disetujui oleh kebudayaan mereka. Dengan kata lain, konflik realistis
sebenarnya mengejar: power, status yang langka, resources (sumber daya), dan
nilai-nilai. Konflik akan berhenti jika aktor dapat menemukan pengganti yang
sejajar dan memuaskan untuk mendapatkan hasil akhir.
Pada konflik realistis terdapat
pilihan-pilihan fungsional sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pilihan-pilihan
amat bergantung pada penilaian partisipan atas solusi yang selalu tersedia. Contoh
dari konflik ini yaitu para karyawan yang mengadakan pemogokan kerja melawan
manajemen perusahaan sebagai aksi menuntut kenaikan gaji.
b. Konflik Non Realistis.
Konflik non realistis yaitu konflik yang
bukan berasal dari tujuan tujuan saingan yang antagonistis, melainkan dari
kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah pihak. Contoh
dari konflik ini yaitu: dalam masyarakat buta huruf, pembalasan dendam lewat
ilmu gaib sering merupakan bentuk konflik non realisitis, sebagaimana halnya
dengan pengkambinghitaman yang sering terjadi dalam masyarakat yang telah maju.
Dalam hubungan antar kelompok, pengkambinghitaman digunakan untuk menggambarkan
keadaan dimana seseorang tidak melepaskan prasangka mereka melawan kelompok
yang benar benar merupakan lawan, melainkan menggunakan kelompok pengganti
sebagai obyek prasangka.
E. Permusuhan
Dalam Hubungan-Hubungan Sosial Yang Intim
Menurut
Coser terdapat kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik reaistis tanpa
sikap permusuhan atau agresif. Sebagai contoh adalah: Dua pengacara yang selama
masih menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi
pengacara dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling
berhadapan di meja hijau. Masing-masing secara agresif dan teliti melindungi
kepentingan kliennya, tetapi setelah meniggalkan persidangan mereka melupakan
perbedaan dan pergi ke restoran untuk membicarakan masa lalu. Contoh-contoh
dimana konflik tidak diikuti oleh rasa permusuhan biasanya terdapat pada
hubungan-hubungan yang bersifat parsial atau segmented, daripada hubungan yang
melibatkan keseluruhan pribadi pada peserta.
Akan
tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka
pemisahan (antara konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk
dipertahankan. Coser mennyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin
besar rasa kasih saying yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga
kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang
pada hubungan- hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa
permusuhan dapat relatif bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi
dalam hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan
membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan
tersebut. Apabila konflik tersebut benar- benar melampaui batas sehingga menyebabkan
ledakan yang membahayakan hubungan tersebut. Contoh: Seperti konflik antara
suami dan istri, serta konflik sepasang kekasih.
F. Isu Fungsionalitas Konflik
Seperti yang kita ketahui, konflik dapat
secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok dapat secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan
struktur. Coser mengutip hasil pengamatan simmel yang menunjukkan bahwa konflik
mungkin positif dapat meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan
memantapkan keutuhan dan keseimbangan. Di samping itu, coser menyatakan bahwa
yang penting dalam menentukan apakah suatu konflik fungsional atau tidak ialah
tipe isu yang merupakan subyek konflik itu. Selanjutnya, coser juga mengatakan
bahwa masyarakat yang terbuka dan berstruktur longgar membangun benteng untuk
membendung tipe konflik yang akan membahayakan consensus dasar kelompok itu
dari serangan terhadap nilai intinya dengan membiarkan konflik tersebut
berkembang di sekitar masalah-masalah yang tidak mendasar. Konflik antara dua
kelompok dan antara berbagai kelompok antagonistis yang demikian itu saling
menetralisir dan sesungguhnya berfungsi untuk mempersatukan sistem sosial. Di
dalam mempertentangkan nilai-nilai yang berada di daerah pinggiran,
kelompok-kelompok yang bermusuhan tidak pernah sampai pada situasi yang akan
menyebabkan permusuhan. Masyarakat atau kelompok yang memperbolehkan konflik
sebenarnya adalah masyarakat atau kelompok yang memiliki kemungkinan yang
rendah dari ancaman yang akan menghancurkan struktur sosial.
G. Kondisi-Kondisi Yang Mempengaruhi
Konflik Dengan Kelompok Luar dan Struktur Kelompok
Coser menjelaskan bahwa konflik dengan kelompok luar akan
membantu pemantapan batas-batas struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok
luar juga dapat mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Coser (1956:92-93)
berpendapat bahwa “tingkat konsensus kelompok sebelum konflik terjadi”
merupakan hubungan timbal balik paling penting dalam konteks apakah konflik
dapat mempertinggi kohesi kelompok. Coser menegaskan bahwa kohesi sosial dalam
kelompok mirip sekte itu tergantung pada penerimaan secara total seluruh
aspek-aspek kehidupan kelompok. Untuk kelangsungan hidupnya kelompok
“mirip-sekte” dengan ikatan tangguh itu bisa tergantung pada musuh-musuh luar.
Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa saja mempunyai dasar yang realistis,
tetapi konflik ini sering (sebagaimana yang telah kita lihat dengan berbagai
hubungan emosional yang intim) berdasar atas isu yang non-realistis
BAB III
APLIKASI
TEORI
Kasus
Hubungannya Dengan Teori


ANALISIS
KONFLIK PEMILU 2014
Dalam
kehidupan sosial manusia, dimana saja tidak lepas dari namanya konflik. Konflik
merupakam rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antara peribadi maupun
kelompok. Menurut Teori Konflik Lewis A Cosser. Konflik sosial yang terjadi
dalam masyarakat sering kali dianggap sebagai suatu yang negative, namun di
anggap tidak betul oleh cosser. Menurutnya konflik tidak hanya bersifat negatif
(disfungsional) tetapi konflik juga mempunyai segi positif (fungsional
).
Akhir–akhir
ini sering kita lihat di media masa berita tentang pemilihan umum, terutama
pemilihan legislative pada Tanggal 9 april 2014 pasti di iringi dengan
perpecahan dan konflik.
Seperti kasus yang di atas polres
sumatera selatan memberikan pengawasan secara merata di setiap kecamatan. Dia menjelaskan,
beberapa hal yang berpotensi menimbulkan konflik dalam pemilihan karena harapan
warga tidak tercapai dan mereka memerotes tahapan pemilu atau hasilnya terdapat
pelangaran dan kecurangan. masyarakat di berikan kebebasan dalam mengeluarkan
pendapat seharusnya di gunakan dengan baik tapi sebaliknya semunya itu menjadi
konflik. Namun kasus ini bisa menjadi fungsional, Karena menurut cosser konflik memiliki fungsisosial.
Konflik ini juga dapat mencegah pembekuan system social dengan adanya inovasi dan
kreativitas dan menghadapi musuh bersama dapat
mengintegrasikan orang menghasilkan solidaritas dan keterlibatan ,dan membuat
orang lupa akan perselisihan intern mereka sendiri.
Diikut sertakannya masyarakat dalam pemilu
dapat memberikan sumbangsi besar baik bagi pemerintah maupun masyarakat itu
sendiri.Hal Ini dapat dilihat dari tingginya animo masyarakat terhadap pemilu
tersebut Yang Berdampak pada peningkatan sosialisasi politik masyarakat.Untuk
menghindari konflik ini dengan cara masyarakt harus ikut sera dalam menjaga
keamana.apabila ada konflik harus di selesaikan dengan jalur hokum dan tidak
melakukan gerakan masa apalagi samapai anarkis.
BAB IV
KESIMPULAN
Coser merupakan sosiolog yang mengembangkan
teori konflik dari George simmel. Oleh karena banyaknya analisa kaum
fungsionalis yang melihat bahwa konflik adalah disfungsional bagi suatu
kelompok, coser mencoba untuk menjelaskan kondisi-kondisi di mana secara
positif, konflik membantu memperrtahankan struktur social dan mencegah pembekuan
social . Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme di mana
kelompok - kelompok dan batas batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan. Coser
membedakan antara konflik in group dengan out group, antara nilai inti dengan
masalah yang bersifat pinggiran, antara konflik yang menghasilkan perubahan
structural lawan konflik yang disalurkan lewat lembaga lembaga katup
penyelamat( safety valve). Di samping itu coser juga menjelaskan mengenai
konflik realistis dan konflik non relaistis. Keseluruhan teori tersebut
merupakan faktor factor yang menetukan fungsi konflik sebagai suatu proses
sosial.
REFRENCE
1.Teori-teori social : penulis Ida
bagus wirawan : 2012, penerbit
kencana,gramedia,jakarta
2. Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_konflik&oldid=5150395
3. http://supriyantowibowo.blogspot.com/2012/01/teori-konflik-menurut-lewis-coser.html
terima kasih mas,, sangat membantu
ReplyDelete